Kanker serviks merupakan penyakit
ganasan pada bagian dari rahim yang menonjol ke vagina. Perubahan sel normal
pada serviks menjadi sel kanker memakan waktu sekitar 10-20 tahun, sebetulnya
masih ada kesempatan cukup lama untuk mendeteksi gejala dan menanganinya sebelum benar-benar menjadi
kanker serviks.
Sebanyak 99.7% kasus kanker serviks
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik tipe risiko tinggi.
Kurang lebih 50% orang yang sudah aktif secara seksual, sekali dalam hidupnya
pernah terinfeksi HPV, baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi
wanita yang melakukan hubungan seksual pertama pada usia muda (16-21
tahun) dan mempunyai banyak pasangan seks, merupakan kelompok yang sangat
rentan dan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Adanya infeksi HPV onkogenik tipe
risiko tinggi yang menetap perlu mendapat perhatian sebagai penyebab kanker
serviks.
Berikut
ini kelompok berisiko mengalami infeksi HPV yang menetap tersebut antara lain :
·
Wanita
berusia di atas 30 tahun
·
Perokok
·
Penderita
gangguan sistem kekebalan tubuh (seperti AIDS)
·
Peminum
steroid (seperti pada penderita Systemic Lupus Erythematosus).
Pada stadium awal, kanker serviks
seringkali tidak segera menunjukkan gejala yang khas atau bahkan tidak
bergejala. Sejalan dengan berkembangnya kanker, bisa menimbulkan gejala seperti
perdarahan setelah senggama, keputihan atau keluar cairan encer dari vagina,
perdarahan setelah menopause, dan keluar cairan kekuningan berbau serta
bercampur dengan darah. Sayangnya, saat gejala itu muncul, tingkat kesembuhannya
sudah sangat kecil. Padahal, bila bisa terdeteksi sejak stadium awal, masih ada
peluang kesembuhan yang tinggi.
Meski
tidak bergejala kanker stadium awal bisa
dideteksi melalui pemeriksaan rutin dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Pemeriksaan sitologi (pap smear)
Pap smear merupakan suatu tes
sederhana untuk memeriksa kesehatan serviks dengan cara mengambil sel-sel pada
serviks guna mengetahui ada atau tidaknya sel-sel abnormal. Saat ini tersedia
dua metode pap smear, yakni konvensional (metode lama) dan sitologi serviks
berbasis cairan (metode baru). Metode baru memberikan hasil yang lebih jelas,
dan dalam satu sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV DNA. Sitologi
serviks berbasis cairan (SSBC) tersebut dapat dilakukan di Laboratorium Klinik
Prodia.
2. Pemeriksaan HPV DNA
HPV DNA merupakan pemeriksaan
molekuler untuk mengetahui ada atau tidaknya HPV risiko tinggi pada sel-sel
yang diambil dari serviks. Bila diketahui ada HPV risiko tinggi dalam sampel
tersebut, maka segera berkonsultasi ke dokter. Saat ini pemeriksaan HPV DNA
dengan metode Hybrid capture II yang telah mendapat persetujuan dari Food and
Drug Administration (FDA) untuk pemeriksaan rutin deteksi infeksi HPV, telah
tersedia di Laboratorium Klinik Prodia.
Semua
wanita yang pernah melakukan hubungan seksual sangat dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan rutin kanker serviks secara berkala, dengan ketentuan:
ü Tiga tahun setelah hubungan seksual
pertama, apabila hasilnya normal selanjutnya dilakukan rutin setahun sekali.
ü Setiap tahun atau sesuai dengan saran
dokter, apabila terdapat hasil yang tidak normal.
ü Setiap tahun dan dianjurkan selain pap
smear ditambah pemeriksaan HPV DNA, karena pada usia di atas 30 tahun risiko
infeksi HPV menetap meningkat.
Selain bermanfaat untuk memantau kesehatan,
pemeriksaan secara rutin juga lebih hemat biaya, bila dibandingkan dengan biaya
yang harus dikeluarkan selama menjalani pengobatan kanker stadium lanjut,
akibat tidak pernah memantau kesehatan.
Title : Pencegahan Kanker Servik
Description : Kanker serviks merupakan penyakit ganasan pada bagian dari rahim yang menonjol ke vagina. Perubahan sel normal pada serviks menjadi sel k...