Bibit tebu
yang dipakai dapat berupa bibit bagal atau
bibit rayungan. Bibit bagal diperoleh dari tanaman tebu yang berumur
antara 0-7 bulan yang dipotong kemudian dibengkokkan tanpa mengklentek daun
pembungkusnya supaya mata-mata tunas
tidak rusak. Untuk memperoleh bibit
rayungan dengan memangkas batang tanaman
tebu yang sudah diklentek daunnya. Dengan tujuan agar pertumbuhan mata tunas
tidak terhambat. Bibit rayungan memerlukan banyak air sehingga pertumbuhannya
lebih cepat jika dibandingkan dengan bibit bagal. bibit rayungan mempunyai
kelemahan yaitu tunas akan mudah rusak dan daya simpannya singkat.Juga dapat
memakai bibit dederan/ceblok yaitu bibit
yang ditanam dahulu sebelu diceblokkan. Biasanya bibit ini digunakan untuk
persediaan sulaman.
Varietas untuk lahan kering harus memiliki sifat-sifat
tertentu, antara lain:
·
Mempunyai daya tahan kekeringan
·
Mudah berkecambah, cepat beranak dan bertunas
banyak.
·
Mempunyai daya tahan kepras yang baik.
·
Rendemen tinggi
·
Mudah diklentek
·
Tahan roboh
Varietas-varietas
unggul untuk tebu lahan kering atau tegalan berdasarkan hasil penelitian yang
dikeluarkan oleh P3GI (1990) diantaranya, adalah (PS 77-1381, PS 77-1553, PS
78-561, PS 79-1497, PS 80-1070).
Penanaman
Umumnya tebu
ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan)
atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua
cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara pertama
bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram.
Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang
sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas
bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha
adalah 20.000 bibit.
Bibit yang
digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit rayungan. Umumnya
digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian tumbuh. Dalam satu meter
juringan ditanam 5 – 6 stek bibit. Waktu tanam yang ideal untuk tebu sawah
adalah bulan Mei – Juni, sehingga pada saat panen bulan Juli – September
tanaman sudah cukup masak dan memiliki bobot tebu yang tinggi. Penanaman bibit
diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping. Apabila mata bibit menghadap
keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada permukaan tanah daripada mata
bibit yang menghadap kebawah. Keadaan tersebut disebabkan oleh waktu yang
dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai permukaan tanah menjadi dua kali lebih
lama, secara perhitungan jaraknya lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah
sehingga mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu.
Pada dasarnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan
kering sama dengan yang ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu
kering dipakai bibit bagal mata empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri
dari dua periode, yaitu: Periode I yaitu menjelang musim kemarau (Mei –
Agustus) pada daerah – daerah basah dengan 7 bulan basah dan daerah sedang
yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada daerah yang memiliki tanah lembab. Namun
dapat juga diberikan tambahan air untuk periode ini. Periode II yaitu menjelang
musim hujan (Oktober – November) pada daerah sedang dan kering yaitu 3 – 4
bulan basah.
Bibit yang
akan ditanam adalah bibit dengan jumlah
mata 11 mata tunas perjuringan. Ini dilakukan untuk menghindari penyulaman dengan biaya besar.
Bibit ditanam dengan posisi mata disamping dan disusun secara nguntu walang.
Cara penanaman ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit,
pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan
sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over
lapping atau double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan dapat
menggantikannya. Cara penanaman tebu bisa dilakukan dengan cara sebagai
berikut: bibit yang telah diangkut menggunakan keranjang diecer pada guludan
agar mudah dalam mengambilnya, kemudian bibit ditanam merata pada
juringan/kairan dan ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri, untuk
tanaman pertama pada lahan kering biasanya cenderung anakannya sedikit
berkurang dibandingkan tanah sawah (reynoso), sehingga jumlah bibit tiap
juringan diusahakan lebih bila dibandingkan dengan lahan sawah (± 80 ku), dan
bila pada saat tanam curah terlalu tinggi, diusahakan tanam dengan cara
glatimongup.
Title : Persemaian Tebu
Description : Bibit tebu yang dipakai dapat berupa bibit bagal atau bibit rayungan. Bibit bagal diperoleh dari tanaman tebu yang berumur antara 0-7 b...