Pembukaan
lahan merupakan tahapan awal untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu
sehingga kondisi fisik dan kimia tanah sesuai dengan media perkembangan
perakaran tanaman tebu. Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru
atau plant care dan tanaman bongkaran baru (RPC) adalah sama tetapi untuk PC
kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut
disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun struktur tanah pada
areal yang baru belum sempurna, sehingga
kegiatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat
sisa-sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu kinerja mesin di lapangan. Petak dibuat dengan ukuran
200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.
Klasifikas ahan
yang bisa dijadikan lahan tebu berupa hutan primer dan sekunder, padang
rumput atau padang alang-alang, semak belukar, lahan tegalan, sawah tadah hujan
dan bekas perkebunan. Teknik pembukaan lahan maupun peralatan yang digunakan menyesuaikan
untuk jenis lahan. Pada dasarnya lapisan tanah bagian atas yang merupakan
bagian tersubur harus dijaga agar jangan hilang tergusur atau terkikis oleh air
hujan.
Kurangnya tenaga kerja, sedangkan waktu tanam optimal tebu di lahan kering sangat sempit, maka untuk
pengolahan tanah dengan menggunakan traktor yang lebih cepat dan efisien. Tahap
pertama pengolahan tanah menggunakan bajak untuk memotong dan membalik tanah,
dan kemudian dilanjutkan dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah
selesai diolah kemudian dibuat kaliran. Untuk mendapatkan hasil olahan tanah
yang baik yaitu cukup dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air.
Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk mengolah tanah antara akhir
musim hujan atau awal musim kemarau.
Tahapan kegiatan pengolahan tanah secara umum adalah sebagai
berikut ;
a. Pembajakan
Pembajakan atau pengolahan tanah dilaksanakan dengan 2 (dua)
tahap kegiatan, yaitu ;
Ø
Pembajakan I
Bertujuan untuk membalik tanah
serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal.
Peralatan yang digunakan adalah Rome Harrow 20 disc dengan diameter 31 inci
yang ditarik dengan Bulldozer 155 HP. Awal kegiatan pembajakan dimulai dari
sisi petak paling kiri, kedalaman olah mencapai 25 – 30 cm dan kapasitas kerja
mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak kebun (±10ha) dibutuhkan waktu 8
jam kerja (mesin operasi). Pembajakan dilakukan merata di seluruh areal dengan
kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan menyilang terhadap barisan
tanaman tebu.
Ø
Pembajakan II
Dilaksanakan sekitar tiga minggu
setelah pembajakan I dengan arah memotong tegak lurus hasil pembajakan I dan
kedalaman olah minimal 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah Disc Plow 3 – 4
disc diameter 28 inchi dan traktor 80 – 90 HP.
b. Penggaruan
Penggaruan
bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan
permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan
menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP.
Pada areal
RPC, tujuan penggaruan adalah untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah
hasil pembajakan, mencacah dan mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu.
Penggaruan dilakukan pada seluruh areal bajakan dan menyilang dengan arah
bajakan. Traktor yang digunakan adalah traktor 120 HP dan alat Baldan Harrow
dengan kapasitas kerja 1,15 Ha/jam.
c. Pengumpulan Akar
Pengumpulan
akar merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat akibat
pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh
tenaga kerja borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk
dengan jarak 10 – 15 meter kemudian dibersihkan dari areal tersebut.
d. Pembuatan Alur Tanam
Pembuatan alur
tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur
tanam dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan
jarak dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter.
Pembuatan alur
tanam dilaksanakan setelah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah
ajir sehingga alur tanam dapat lurus atau melengkung mengikuti arah kontur.
Arah kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah, memudahkan
drainase petak dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah
miring, arah kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan
2%), sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras bangku
(Contour Bank). Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.
4. Penanaman
Pada saat
penanaman tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembab tapi tidak terlalu basah
dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat
adalah masa pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau
sebaliknya. Menurut Tonny Kuntohartono dkk. (1976). Untuk daerah kering (tipe
iklim C dan D Schimdt-Fergusson) saat tanam adalah antara pertengahan
Oktober-Desember, sedang pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim
kemarau.
Pada daerah
dengan musim kemarau panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai bibit stek
mata tiga dengan jumlah 8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek
per hektar) atau pada prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh 40.000-45.000
per hektar. Stek tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam
1,25-1,35 m. Pada daerah dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata
ditanam, bersentuh ujung (end to end) atau tumpang tindih (overlapped 20
percent) pada dasar juringan yang dangkal. Pada keadaan yang mendesak dan
kekurangan tenaga dapat dipakai tebu lonjoran dengan 5-6 mata, dipotong menjadi
dua.
Untuk
menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar, kebutuhan bibit yang akan
ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Bibit ditanam dengan posisi
mata disamping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara penanaman
ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui,
pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan
sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over
lapping atau double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan dapat
menggantikannya.
Pada
prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan yang
ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering kadang dipakai pula
bagal mata empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode,
yaitu :
·
Periode I
Menjelang musim kemarau (Mei –
Agustus) pada daerah – daerah basah dengan 7 bulan basah dan daerah sedang
yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada daerah yang memiliki tanah lembab. Namun
dapat juga diberikan tambahan air untuk periode ini.
·
Periode II
Menjelang musim hujan (Oktober – November) pada daerah
sedang dan kering yaitu 3 – 4 bulan basah.
Penanaman tebu bisa dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
ü bibit
yang telah diangkut menggunakan keranjang diecer pada guludan agar mudah dalam
mengambilnya, kemudian bibit ditanam merata pada juringan/kairan dan ditutup
dengan tanah setebal bibit itu sendiri, untuk tanaman pertama pada lahan kering
biasanya cenderung anakannya sedikit berkurang dibandingkan tanah sawah
(reynoso), sehingga jumlah bibit tiap juringan diusahakan lebih apabila
dibandingkan dengan lahan sawah (± 80 ku), dan apabila pada saat tanam curah
hujan terlalu tinggi, diusahakan tanam dengan cara glatimong up