Pemeliharaan pada
tanaman tebu meliputi penyulaman,
penyiangan, pengairan atau penyiraman, pemupukan, klentek, pembumunan, dan
perlindungan terhadap hama dan penyakit.Penyulaman merupakan kegiatan mengganti
tanaman yang mati atau tumbuh secara tidak normal. Pada penyulaman tanaman tebu
dilakukan saat 5-7 hari setelah tanam. Dalam kegiatan penyulaman diikuti dengan
penyiraman agar tidak mati.
pengairan pada
waktu tanam tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kering (tidak disiram) selain
itu penyiraman juga tidak boleh terlambat. Untuk tebu lahan kering, air
tergantung dari hujan. Sedangkan tebu lahan sawah dari irigasi. Penyiangan dilakukan
saat tanaman berumur 2-6 minggu. Hal ini karena umur 2-6 minggu merupakan fase kritis
untuk pertumbuhan tanaman tebu sehingga perlu dipelihara sehingga tidak ada
faktor-faktor yang menganggu pertumbuhan tanaman tebu.
Pada tebu juga dilakukan pembumbunan. Dengan tahapan :
·
Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur
3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas
bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.
·
Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2
bulan
·
Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3
bulan.
·
Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan
sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.
Bersamaan
dengan klenthek, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Klenthek pertama
dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur
6-7 bulan. Dengan tujuan agar sinar matahari dapat masuk ke sela-sela rumpun
sehingga mempercepat pengolahan
glukosa-sakarosa di dalam batang tebu. Ini berarti harapan meningkatnya
rendemen tebu atau produksi kristal.
Pemupukan dilakukan
sebelum tanam maupun setelah tanam. Pemupukan yang diberikan sebelum tanam
yaitu pupuk kandang dan pupuk TSP. Lalu dilakukan pemupukan ± 25 hari setelah tanam yaitu setelah penyulaman pertama dengan
menggunakan pupuk ZA. Pemupukan ZA kedua dilakukan saat tanaman berumur ± 1,5
bulan dan setelah selesai penyulaman kedua. Pemupukan harus dibarengi dengan
penyiraman agar pupuk dapat larut kedalam tanah dan tidak hilang oleh aliran
air permukaan. Sebelum pemupukan dibuat lubang diantara tanaman lalu pupuk
dimasukkan dalam lubang kemudian lubang ditutup. Pemupukan yang demikian itu
biasa disebut dengan Spot Placement. Kebutuhan pupuk per hektar untuk tebang I
0,5-1 kw/ha dan untuk tebang II 1,5-2 kw/ha.
Pengendalian hama dan
penyakit
Hama
Hama Penggerek
batang bergaris (Proceras cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae
auricilia), penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang
kuning (Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens).
Gejala: daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada
serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis
berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi;
kadang-kadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak.Pengendalian: dengan
suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5
bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1 hektar.
Tikus Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama atau
pengemposan belerang pada lubang yang dihuni tikus.
Penyakit :
a) Pokkahbung Penyebab: Gibbrela
moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun, pada stadium lanjut dapat
menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada bintik khlorosis di helai
daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun dapat robek, daun
tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang, ruas membengkak.
Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux 1% dan
pengembusan tepung kapur tembaga.
b) Dongkelan Penyebab: jamur
Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah dalam
dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati
tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau
kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang.
Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.
c) Noda kuning Penyebab: jamur
Cercospora kopkei . Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan
kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun muda yang berubah menjadi
kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah
tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman.
Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang.
Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.
d) Penyakit nanas Penyebab:
adalah jamur Ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah bibit yang telah
dipotong. Gejala: warna merah bercampur hitam pada tempat potongan, bau seperti
buah nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau desinfeksi dengan 0,25%
fenylraksa asetat.
e) Noda cincin Bagian yang
diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab:
jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina. Gejala:
noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat; pada
serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian:
mencabut tanaman sakit dan membakarnya.
f) Busuk bibit Bagian yang
diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab:
bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai
hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang
baik, serta tanah dijaga tetap kering.
g) Blendok Bagian yang diserang
adalah daun tanaman muda berumur 1,5-2 bulan pada musim kemarau.Penyebab:
Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis pada daun; pada
serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah dan tunas
berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016 POY),
Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas 52,5oC
dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari.
h) Virus mozaik Penyebab: Virus.
Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar.