MACAM-MACAM
PENYAKIT
TANAMAN KARET
Penyakit karet sering
menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya
tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya
yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah
pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat
penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan
kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan
nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum
ditemukan pada perkebunan adalah :
A. PENYAKIT AKAR PUTIH ( Rigidoporus
Microporus )
Gejala
dan perkembangannya .
Penyakit akar putih
disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus ( Rigidoporus lignosus ). Penyakit
ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejalanya pada daun terlihat
pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam. Kemudian daun gugur dan
ujung ranting menjadi mati. Daun muda, bunga dan buah terbentuk lebih awal.
Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur bewarna putih dan agak
tebal( rizomorf ). Jamur kadang-kadang menbentuk badan buah mirip topi bewarna
jingga kekuning-kuningan pada pangkal tanaman.
Pada serangan berat akar
tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman
sering merambat tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung
melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul dan akar tanaman .
Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama
pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul, sisa akar, dan pada tanah gembur
atau berpasir.
Dalam pengendalian
penyakit pada umumnya pencegahan lebih dianjurkan daripada pengobatan karena
biayanya lebih murah dan resiko kerugian ekonomi akibat kerusakan penyakit
lebih kecil. Adapun pengendalian penyakit akar putih dapat dilakukan sebagai
berikut .
Tindakan
Pencegahan
a. Pembongkaran dan pemusnahan tunggul dan
sisa akar tanaman
Dilakukan dengan
menggunakan buldoser atau traktor kemudian diikuti dengan penyingkiran atau
pembakaran, pemusnahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan racun tunggul
Garlon 480 EC atau Tordon 101 yang dapat mempercepat proses pelapukan tunggul
atau sisa akar tanaman.
b. Penanaman kacangan penutup tanah
Hal ini dilakukan karena
selain meningkatkan kesuburan tanaman kacangan juga mampu meningkatkan jumlah
jasad renik( jamur , bakteri, dan aktinomiset ) dalam tanah yang membantu
pelapukan tunggul dan sisa akar tanaman dam menghambat tumbuhnya jamur akar
putih. Jenis kacangan yang dianjurkan adalah Pueraria javanica, centrosema
pubescens, calopogonium mucunoides, psopocarpus palustris, dan colopogonium
caeruleum.
c. Penanaman Bibit sehat
Melakukan seleksi Bibit
yang akan ditanam, apabila bibit telah
tertular jamur akar putih sebaiknya dicelupkan kelarutan fungisida .
d. Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman
dilakukan dengan cara menaburkan belerang (100g-200g/pohon) disekeliling
tanaman sampai 100 cm dari leher akar pada tanah yg telah digemburkan hal ini
dilakukan setiap tahun mulai tahun pertama sampai dengan tahun kelima . atau
juga dapat dilakukan dengan mencampur belerang dengan tanah pengisi dengan
dosis 100g bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk
meningkatkan keasaman tanah, kondisi tanah yang asam dapat menghambat
perkembangan jamur akar putih selain itu dapat juga mendorong perkembangan
jamur antagonis terhadap jamur akar putih yaitu Trichoderma dan gliocladium .
e.
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman
dimaksudkan untuk membuat tanaman tumbuh baik, subur, dan kuat sehingga tahan
terhadap serangan penyakit/jamur. Pemeliharaan meliputi pemberian dengan dosis
yang tepat, penyiangan gulma/kacangan
penutup tanah disekeliling tanaman.
f. Tidak menanam tumbuhan inang jamur akar
putih
Di antara tanaman karet
dapat ditanam tanaman sela palawija atau holtikultura tetapi tidak dianjurkan
menanam tanaman sela yang merupakan inang jamur seperti ubi kayu, ubi jalar,
tanaman bergetah dan lain-lain.
PENGOBATAN
TANAMAN SAKIT
Sebaiknya
dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan
dan risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan
lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
Cara
penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :
·
Pengolesan:
Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA, dan Shell CP dilakukan pada sekeliling
tanaman sakit ( akar lateral yang telah membusuk sebaiknya dipotong )
·
Penyiraman
: Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC,
Sumiate 12,5 WP, dan Vectra 100 SC. Dengan dosis 1-2liter pada tanaman belum menghasilkan dan 2-3liter pada tanaman
menghasilkan , penyiraman juga dilakukan pada tanaman tetangga untuk mencegah
penularan.
·
Penaburan
: Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G(5-10g/pohon), Belerang, dan Triko
SP+(50g/pohon pada tanaman usia 0-2 tahun , 100g/pohon pada tanaman umur 2-4
tahun, dan 150g/pohon pada tanaman usia 5 tahun. Penggunaan Triko SP+ sebaiknya
diikuti dengan penaburan belerang sebanyak 50g-100g/pohon disekeliling tanaman
sampai selebar 1m dari leher akar.
Pada saat pengobatan tanah
disekitar tanaman sakit digemburkan terlebih dahulu untuk memudahkan peyerapan
obat tanaman, Pengobatan sebaiknya diulangi dengan selang 6 bulan hingga
tanaman menjadi sehat . Setelah dilakukan pengobatan sebaiknya tanaman sakit
diberi pupuk ekstra berupa campuran pupuk urea, Sp36 dan Kcl atau Pupuk majemuk
NPK sesuai anjuran.
B. PENYAKIT CABANG DAN BATANG
1.
Lapuk Cabang dan Batang Fusarium
Gejala
dan Perkembangannya
Lapuk cabang dan batang
fusarium juga disebut Nekrosis Kulit yang disebabkan oleh Jamur Fusarium sp
pada kulit yang sakit juga ditemukan juga penyakit Botryodiplodia theobromae. Gejalanya
pada kulit batang timbul bercak bewarna hitam kecokelatan dengan ukuran 2-5 cm,
bercak-bercak biasanya agak basah kemudian makin membesar dan akhirnya
beragabung satu sama lain hingga akhirnya sebagian atau seluruh batang/cabang
mengalami pembusukan. Penyakit ini dapat timbul pada batang tanaman hingga cabang tanaman hingga mengakibatkan
kerusakan pada kulit batang sehingga tanaman tidak dapat disadap dan mudah
patah. Kulit yang busuk dan rusak akan mengundang kumbang penggerek xyleborus
mascarensis dan platypuscupulatus dan diikuti jamur ustulina sehingga
menimbulkan kerusakan/batang cabang tanaman yang lebih berat. Kondisi cuaca
lembab dan hujan yang terus menerus merupakan factor pendorong berkembangnya
penyakit ini. Penularan penyakit berlangsung dengan penyebaran spora yang
dibawa oleh angina pada kondisi cuaca lembab atau hujan .
Tindakan
Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan seperti
AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah yang rawan penyakit( daerah
lembab )
b. Melakukan pengobatan pada tanaman
sakit dengan pengolesan Benlate 50 WP, Agrosid 50 SD atau Antico F-96 dengan
menggunkan kuas. Atau juga bisa dilakukan dengan cara penyemprotan seminggu
sekali secara berulang hingga 4-6 kali semprotan.
c. Bagian kulit yang busuk dikupas dan
ditutup dengan TB 192 untuk mencegah masuknya kumbang penggerak batang/cabang.
d. Tanaman sehat disekitar disemprot atau
dioles batang/cabangnya dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah
penyakit ynag lebih luas.
e. Batang, cabang, atau tanaman yang mati
dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan infeksi jamur
f. Tanaman yang mengalami serangan berat
diistirahatkan, tidak disadap sampai tanaman pulih kembali.
2.
Jamur Upas ( corticium salmonicolor )
Gejala
dan Perkembangannya
Penyakit jamur upas
disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicolor yang menyerang tanaman muda dan
menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan, mula-mula
terbentuk lapisan jamur yang tipis dan bewarna putih pada permukaan kulit
kemudian jamur berkembang membentuk kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya
terbentuk lapisan kerak bewarna merah muda(corticium) pada tingkat ini jamur
telah masuk kebagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk
lapisan tebal bewarna cokelat kehitaman ( necator ) pada bagian yang terserang
biasanya keluar lateks bewarna cokelat hitam pada permukaan batang tanaman.
Kulit yang sakit akhirnya akan membusuk dan bewarna hitam kemudian mengering
dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang sakit akan menjadi lapuk
dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin. Penularan terjadi melalui
penyebaran spora yang dibawa oleh angin. Serangan jamur upas sering dijumpai
pada tanaman muda antara umur tiga sampai dengan tujuh tahun terutama pada
daerah yang memiliki tingkat kelembapan dan curah hujan yang tinggi .
Tindakan
Pengendalian
a. Menghindari penggunaan Klon yang rentan
seperti GT 1 dan PB 217, Pada daerah ini sebaiknya klon yang ditanam AVROS
2037, BPM 24, BPM 1, BPM 107, PB 260, PR 261, RRIC 100.
b. Jarak tanam diupayakan tidak terlalu rapat untuk mencegah kelembapan
yang tinggi karena suhu yang lembab dapat membantu perkembangan jamur upas
c. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat terlihat
gejala adanya benang bewarna putih dengan mengoleskan Fungisida Bubur Bordo
(diulang selang dua minggu), Calixin 750 EC atau Antico F-96 ( tiga bulan sekali hingga tanaman sehat
) pada bagian batang yang terkena serangan jamur hingga 30 cm pada bagian atas
dan bawah dibagian yeng terserang. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung
unsure tembaga tidak dianjurkan karena dapat merusak mutu lateks.
d. Bila percabangan terkena serangan lanjut ( tingkat corticium atau
necator ) dilakukan pengupasan kulit busuk kemudian dioleskan Calixin 750 EC
secukupnya.
3.
Kekeringan Alur Sadap ( Tapping Panel Dryness, Brown Bast )
Gejala
dan perkembangannya
Penyakit ini ini
disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan kekeringan alur
sadap sehingga tidak dapat mengalirkan lateks, selain itu penyakit ini juga
ditimbulkan akibat penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Tanaman yang
tumbuh subur, tanaman yang tumbuh dari biji( seedling ) dan tanaman yang sedang
membentuk daun baru sering terserang Penyakit ini. Pada awalnya ditandai dengan
tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap selanjutnya dalam beberapa
minggu keseluruhan alur sadap ini akan menjadi kering, bewarna cokelat dan
tidak mengeluarkan lateks. Kekeringan kulit tersebut dapat meluas kekulit lainnya
yang seumur tetapi tidak meluas dari kulit perawan kekulit pulihan dan
sebaliknya.Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini terjadinya pecah-pecah
pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Kekeringan alur
sadap dapat meluas pada kulit yng seumur pada pohon yang sama artinya tidak
akan menular kepohon lainnya.
Tindakan
Pengendalian
·
Menghindari
penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian perangsang
lateks(ethepon) pada klon yang mudah terserang seperti BPM 1, PB 235, PB 260,
PR 261, dan RRIC 100
·
Bila
terjadi penurunan produksi karet kering yang terus menerus pada lateks yang
dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap hingga
10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan iintensitasnya dari ½ S d/2
menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4. dan penggunaan ethepon dikurangi atau dihentikan
untuk mencegah agar pohon lainnya tidak mengalami hal yang sama.
·
Membuang
kulit yang kering dengan cara pengerokan sampai batas 3mm-4mm dari kambium
selanjutnya dioles dengan bahan perangsang NoBB atau Antico F-96 sekali empat
bulan atau 3 kali/tahun. Pengolesan dengan NoBB harus diikuti dengan
penyemprotan pestisida matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu
untuk mencegah masuknya kumbang penggerak. Penyadapan dapat dilakukan dibawah
kulit yang kering atau dibagian yang sehat dengan intensitas rendah ½ S d/3
atau ½ S d/4.
·
Pohon
yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk
mempercepat pemulihan kulit.
4. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot (
Ceratocystis Fimbriata )
Gejala
dan Perkembangannya
Penyakit bidang sadap
mouldy rot disebabkan jamur ceratocystis fimbriata.Peyakit ini mengakibatkan
kerusakan pada bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu. Bekas bidang
sadapan menjadi bergelombang sehingga sagat mempersulit peyedapan
berikutnya.Ada kalanya bidang sadap rusak sama sekali sehingga tidak mungkin
lagi disadap.Pada bidang sadap dekat alur sadap mula-mula terlihat selaput
tipis berwarna putih, kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru
berwarna kelabu, sejajar alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang
membentuk lapisan bewarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak
dihasilkan pada bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan
kering. Bila lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik bewarna
cokelat atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke cambium hingga ke bagian
kayu. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan
oleh angin dalam jarak jauh. Disamping itu jamur juga dapat ditularkan oleh
pisau sadap ayng membawa benih penyakit dari bidang sadap yang sakit. Serangan
mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering dijumpai pada
kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah beriklim basah dan tanaman
disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
Tindakan
pengendalian
Ø
Di
daerah yang sering mengalami serangan mouldy rot atau beriklim basah sebaiknya
tidak ditanam klon yang rentan GT 1.
Ø
Mencegah
kelembapan dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan memangkas
tanaman kacangan yang terlalu lebat.
Ø
Memberikan
dosis pupuk yang tepat sesuai anjuran agar tanaman sehat sehingga pemulihan
kulit berlangsung cepat.
Ø
Penyadapan
dilakukan tidak terlalu sering dan dalam untuk mengurangi terjadinya serangan
dan mempercepat pemulihan. Menurunkan intensitas penyadapan dari ½ S d/2
menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4, atau menghentikan penyadapan sama sekali pada
waktu terjadinya serangan berat.
Mengobati kulit putihan
yang terserang dengan mengoleskan fungisida Antico F-96, Bayleton 2 PA,
Bavistin 50 WP, Benlate 50 WP, Derosal 60 WP, atau Topsin M 75 WP dengan kuas
selebar 5 cm diatas irisan sadap.sehari setelah penyadapan sebelum getah kering
dilepaskan dari alur sadap. Bila terjadi serangan berat penggobatan dilakukan
seminggu sekali dan bila serangan ringan dua minggu sekali. Penggunaan
fungisida Derosal 60 WP, Topsin M 75 WP atau Benlate 50 WP harus digilir dengan
fungisida lainnya untuk terhadap fungisida tersebut.
Setiap kali penyadapan sebaiknya pisau sadap
dicelupkan kedalam larutan fungisida tersebut untuk mencegah penularan jamur.
C. PENYAKIT DAUN
1. Penyakit Gugur Daun Corynespora
(C.cassiicola)
Gejala
dan perkembangannya
Penyakit gugur daun
Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassicola yang menyerang daun
karet muda maupun tua. Gejala serangan pada daun cokelat masih belum tampak
tetapi sesudah daun menjadi hijau muda gejala mulai terlihat berupa bercak
hitam kemudian berkembang seperti menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada
bagian ujungnya mati dan menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan
tampak seperti tulang ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan
kadang-kadang tidak teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu
kering dan berlubang selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat
kemerahan dan akhirnya gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda.
Serangan jamur biasanya berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru terjadi
2 -3 bulan setelah infeksi jamur. Pengguguran daun akan berlangsung secara
terus menerus sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, tidak dapat
disadap dan lambat laun tanaman akan mati. Serangan sering terjadi pada
kebun-kebun yang terdapat didataran rendah dengan keadaan iklim agak basah.
Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh
angin dalam kondisi agak lembab pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak
tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa rumputan
dan lain-lain .
Tindakan
Pengendalian
v
Tidak
menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur. Dianjurkan menanam
beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun untuk mengurangi resiko
kerugian akibat serangan jamur.
v
Memberikan
pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis anjuran ) untuk
meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
v
Melindungi
tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Bavisitin 50 WP, Benlate
50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan alat semprot punggung.
Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai pada waktu tanaman berdaun
cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida hanya dapat dilakukan di pembibitan
dalam polybeg sedangkan pada tanaman dilapangan dianggap tidak menguntungkan.
Tanaman yang produksinya
sangany rendah karena serangan berat terus-menerus sebaiknya diganti dengan
klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Corynespora.
2. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum ( C.
Gloeosporioides )
Gejala
dan Perkembangannya
Penyakit gugur daun
colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum Gloeosporioides. Penyakit
gugur daun ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman di pembibitan, tanaman
muda, dan menghasilkan. Daun-daun muda yang terserang terlihat lemas bewarna
hitam, mengeriput bagian ujungnya mat , menggulungi dan akhirnya gugur. Pada
daun dewasa terlihat bercak-bercak bewarna hitam, berlubang dan daun berkeriput
serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat, tajuknya menjadi
gundul sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan produksinya menurun.
Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk.
Serangan jamur terjadi
pada waktu tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan berat
biasanya terdapat pada klon peka dan kebun yang terletak pada ketinggian di
atas 200 m dari permukaan laut serta beriklim basah.
Penularan jamur
berlangsung dengan perantaraan spora yang dibawa oleh angin dan air hujan
terutama pada malam hari atau cuaca lembab.
Tindakan
Pengendalian
Ø Tidak menanam klon yang rentan pada
kebun-kebun yang rawan penyakit gugur daun colletotrichum yaitu didaratan
tinggi dan bercurah hujan tinggi.
Ø Memacu pembentukan daun muda lebih
cepat dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan memberikan pupuk
ekstra beberapa kali sebelum terbentuk duan baru agar tanaman terhindar dan
lebih tahan terhadap serangan jamur.
Ø Melindungi tanaman dengan penggunaan
fungisida Antracol 70 W, Cupravit 21 OB, Daconil 75 WP, Delsense MX 200,
Dithane M-45, Manzate M-200, atau Sportak 450 EC seminggu sekali selama lima
kali penggunaan. Penggunaan fungisida dilakukan pada waktu 10% pohon dalam
kebun atau pembibitan telah membentuk daun baru. Penggunaan fungisida dilakukan
dengan memakai alat mistblower atau alat semprot punggung dipembibitan atau
kebun entres sedangkan alat pengabut ( fulsfog atau dynafog ) pada pertanaman
dilapangan. Penggunaan Cupravit 21 OB yang mengandung unsur tembaga tidak
dianjurkan pada tanaman yang menghasilkan karena merusak mutu lateks.
3. Penyakit Gugur Daun Oidium ( O. Heveae )
Gejala
dan perkembangannya
Penyakit gugur daun ini
disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada
tanaman dipembibitan, tanaman muda dan menghasilkan. Jamur menyerang daun muda
yang masih bewarna cokelat. Daun yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas
mengeriput, dan berlendir. Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti
tepung halus yang terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada
serangan lanjut daun akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada
daun tua ditandai dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan
terdapat tepung halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun tersebut tidak
banyak gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat
dan tingkat produksi yang menurun. Jamur ini juga menyerang bunga tanaman
sehingga produksi biji juga menurun.
Serangan penyakit biasanya
berlangsung pada waktu daun muda terbentuk bersamaan dengan hujan rintik-rintik
atau kabut dipagi hari pada awal musim hujan. Serangan berat pada umumnya
terjadi pada klon peka dan kebun yang terdapat pada ketinggian dia atas 200
mdari permukaan air laut.
Penularan jamur
berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan oleh angina dan embun
jarak jauh .
Tindakan
Pengendalian
ü
Klon-klon
yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan penyakit gugur daun
Oidium.
ü
Menghindari
serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang pembentukan daun baru lebih
awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan diperkirakan akan membentuk daun baru
pada awal musim hujan perlu diberi pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis
anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih
awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur
Oidium Heveae timbul pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya
pupuk tersebut dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
ü
Melindungi
daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida Bayfidan 250 EC,
Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan fungisida dilakukan
seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada waktu 10% pohon dalam kebun
membentuk daun baru dan telah terlihat gejala serangan Oidium Heveae berupa
bercak hitam atau cokelat atau embun tepung bewarna putih pada daun tanaman.
Penggunaan belerang(10-15kg/ha) dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat
penghembus bermotor pada pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada
permukaan daun yang masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin. Sedangkan
penggunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan
alat penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog atau dynafog ).