Kelapa kopyor
seperti halnya kelapa makapuno di filipina adalah mutan kelapa yang ditemukan
di antara populasi kelapa normal. Dari hasil penelitian biokimia, dilaporkan
terjadi defisiensi enzim α-D Galaktosidase pada endosperm buah makapuno,
sehingga pembentukan endosperm tidak normal dan tidak mampu mendukung perkecambahan
embrio. Gen letal pada buah kelapa kopyor menyebabkan daging buah mudah
terlepas dari tempurung dan hubungan jaringan endosperm dengan embrio putus,
sehingga buah kelapa ini tidak mampu berkecambah. Sebagai hasil mutasi alami,
jumlah tanaman kelapa berbuah kopyor sangat sedikit dibandingkan dengan tanaman
kelapa berbuah normal. Peluang terjadinya mutasi alamiah secara umum sangat
rendah yaitu sebesar 10-5 sampai 10-6 per generasi. Hal ini berarti bahwa hanya
1 (satu) di antara 100.000 sampai 1.000.000 peluang terjadinya mutasi alami di
alam. Selain itu, organisme hasil mutasi cenderung letal, sehingga
perkembangbiakannya terhambat dan akhirnya punah.
Berdasarkan
hal tersebut, kelapa mutan ini semestinya tidak berkembang, tetapi ternyata
kelapa ini cukup banyak ditemukan di beberapa sentra produksi kelapa di
Indonesia. Satu populasi kelapa berbuah kopyor dilaporkan di Kecamatan Kalianda
Lampung Selatan (Mahmud, 2000). Hasil eksplorasi Akuba et al. (2002) di Jawa
Timur diperoleh sejumlah populasi kelapa berbuah kopyor di Kabupaten Sumenep.
Kelapa jenis ini juga ditemukan di beberapa daerah seperti di Tanggerang
(Asmah, 1999), Pati, Jawa Tengah (Purwanto, 2003), dan di Ciomas Bogor
(Maskromo, 2005) . Tanaman kelapa kopyor yang ditemukan di berbagai daerah
tersebut umumnya tipe Dalam, kecuali di Kabupaten Pati, Jawa Tengah adalah tipe
Genjah. Perbedaan utama kedua tipe kelapa ini yaitu, kelapa tipe Dalam umunya
menyerbuk silang, sedangkan kelapa tipe Genjah umumnya menyerbuk sendiri.
Tanaman kelapa
kopyor yang dikembangkan petani saat ini berasal dari perbanyakan buah kelapa
normal yang memiliki gen kopyor dari tanaman penghasil buah kopyor tersebut. Cara
perbanyakan dengan menggunakan buah normal tersebut dinamakan perbanyakan
kelapa kopyor secara alami. Selain itu, dari buah kopyor yang daging buahnya
tidak normal, embrionya normal dan dapat ditumbuhkan pada media tumbuh buatan
dalam lingkungan aseptik. Cara perbanyakannya dinamakan perbanyakan dengan
teknik in vitro.
a. Dasar genetik perbanyakan kelapa kopyor secara alami
Secara
morfologi, fenotipe pohon kelapa berbuah kopyor sulit dibedakan dari kelapa
normal di sekitarnya. Berdasarkan pengamatan morfologi belum ditemukan penciri
lain yang spesifik, selain karakter endosperm yang berbeda dengan kelapa normal
.
Pohon kelapa
berbuah kopyor yang terdapat di lapang atau yang sekarang dikembangkan petani
diduga memiliki genotipe heterozigot atau secara genetis dilambangkan dengan
Kk. Buah kelapa normal dari pohon tersebut, jika ditanam berpeluang tumbuh
menjadi tanaman kelapa kopyor, dengan persentasi menghasilkan buah kopyor
sekitar 1 – 10%, tergantung pada genotipe tepung sari yang menyerbuki bunga
betina. Berdasarkan hukum Mendel pertama, peluang untuk menyatunya sel telur k
dengan sel sperma k dari tepung sari akan membentuk gen homozigot resesif (kk)
dan bergenotipe kopyor, dapat mencapai 25% dari total buah. Tetapi karena sifat
kelapa Dalam yang 95% menyerbuk silang, dan kelapa kopyor alami tersebar secara
individual, mengakibatkan peluang menyatunya sel telur k dan sel sperma k ini
sangat kecil. Buah yang kopyor memiliki gen homozigot resesif (kk) sehingga
tidak mampu tumbuh menjadi tanaman baru.
Pola pewarisan
sifat kopyor ditentukan oleh peluang terjadinya pertemuan gen kopyor dalam
proses penyerbukan dan pembuahan (Tabel 1). Penyerbukan adalah proses jatuhnya
atau menempelnya serbuk sari dari bunga jantan pada putik (pistil) bunga betina
tanaman, sedangkan pembuahan adalah proses penyatuan sperma dari serbuk sari
dengan sel telur dan inti polar pada putik bunga. Pada tanaman kelapa kopyor
alami, proses pembuahan terjadi antara dua inti sperma yang membawa gen kopyor
(k) dan gen normal (K) haploid, dengan dua sel telur yang juga membawa gen
kopyor (k) dan gen normal (K) haploid, serta dua inti polar yang membawa gen
kopyor kk dan gen normal KK (diploid). Masing-masing inti sperma mempunyai
tugas berbeda dalam pembuahan. Salah satu inti sperma akan menyatu dengan sel
telur untuk membentuk embrio, sedangkan inti sperma lainnya akan menyatu dengan
inti polar untuk membentuk endosperm. Dengan pola seperti di atas, pada tandan
buah pohon kelapa kopyor akan terdapat tiga tipe buah berdasarkan genotipenya.
Tipe pertama, yaitu buah bergenotipe KK yang embrionya tidak memiliki sifat
kopyor dan endospermnya normal dengan genotipe KKK. Tipe kedua, yaitu
bergenotipe Kk yang embrionya memiliki sifat kopyor heterozigot, tapi
endospermnya normal dengan genotipe kKK atau Kkk. Tipe ketiga embrio
bergenotipe kk dengan endosperm tidak normal atau kopyor dengan genotipe kkk.
Embrio kelapa pada ketiga tipe tersebut normal dan memiliki kemampuan tumbuh
seperti pada buah kelapa normal, namun pada tipe ketiga karena endospermnya
tidak normal (kopyor) maka embrionya harus diselamatkan melalui kultur embrio
(teknik in vitro).
Dalam satu
tandan, buah kopyor bergenotip kk dengan endosperm bergenotipe kkk mudah
dibedakan dari buah normal, karena daging buah yang tidak normal dapat
diketahui dengan mengetuk (menotok) atau mengguncang buahnya. Pada saat
diguncang buah kopyor akan berbunyi seperti kaleng berisi pasir yang diguncang
(bunyi gemericik). Daging buah telah hancur dan kadang-kadang embrionya juga
telah terlepas dari tempatnya (germpore). Namun demikian, untuk buah dengan
embrio bergenotipe KK dan Kk, dengan endosperm normal tidak dapat dibedakan,
sehingga untuk perbanyakan semua buah dipilih berdasarkan keriteria benih
secara umum, kemudian dideder dan ditanam sampai berbuah dan diketahui
kemampuannya menghasilkan buah kopyor. Saat ini, belum ada kriteria seleksi
benih, kecambah maupun bibit untuk membedakan kedua benih dengan tipe genotipe berbeda
tersebut. Diperlukan penelitian yang panjang untuk mencari ciri pembeda
menggunakan penanda DNA yang terpaut dengan sifat morfologi yang dapat
dijadikan dasar seleksi.
b. Seleksi Pohon Induk
Adanya
keunikan yang dimiliki kelapa kopyor menyebabkan perbedaan pola perbanyakannya
dengan kelapa normal. Kondisi daging buah kopyor yang tidak normal, tidak
mendukung pertumbuhan embrio menjadi kecambah dan tidak dapat menjadi bibit
secara alami. Buah dengan endosperm normal yang terdapat pada tandan yang sama dengan
buah kopyor dapat dijadikan benih. Perbanyakan kelapa kopyor menggunakan buah
normal dari pohon berbuah kopyor ini disebut perbanyakan kelapa kopyor secara
alami atau konvensional. Dalam perkembangannya buah normal lebih lambat
matangnya dibanding buah kopyor, sehingga pemanenan dilakukan terlebih dahulu
terhadap buah kopyor. Jika dipanen bersamaan maka buah normal belum matang
fisiologis.
Buah yang akan
digunakan sebagai benih merupakan hasil seleksi. Seleksi benih untuk
perbanyakan secara alami kelapa kopyor dimulai dari pemilihan pohon induk.
Penentuan pohon induk kelapa kopyor dilakukan berdasarkan riwayat tanaman yang
telah diamati kemampuannya menghasilkan buah kopyor. Untuk dijadikan sebagai
sumber benih, tanaman harus diketahui menghasilkan buah kopyor secara terus
menerus pada setiap tandannya. Pohon yang tidak stabil menghasilkan buah kopyor
kurang baik dijadikan sebagai sumber benih. Selain itu, diamati juga persentase
buah kopyor yang dihasilkan pada setiap tandan. Semakin tinggi persentase buah
kopyor yang dihasilkan setiap tandan pohon kopyor, akan semakin baik dijadikan
sebagai sumber benih.
Tinggi rendahnya
persentase buah kopyor yang dihasilkan setiap pohon kopyor berbeda untuk kelapa
kopyor tipe Genjah dan kopyor tipe Dalam. Hal ini berhubungan dengan pola
penyerbukan bunga masing-masing tipe. Kopyor tipe Dalam dengan pola penyerbukan
silang memiliki prosentase buah kopyor lebih rendah dibandingkan dengan kopyor
tipe Genjah. Pola penyerbukan kelapa disebabkan oleh berbeda atau bersamaannya
waktu kematangan bunga betina dan bunga jantan dalam satu tandan yang sama.
Pada kelapa Dalam, bunga jantan lebih dahulu matang, dan sebagian besar sudah
rontok kemudian diikuti masa reseptif bunga betina, sehingga peluang untuk
mendapatkan serbuk sari dari tandan bunga pohon lain di sekitarnya sangat
besar. Hal ini menyebabkan peluang terjadinya penyerbukan silang lebih besar.
Pada kelapa Genjah, waktu kematangan bunga betina dan bunga jantan dalam satu
tandan terjadi secara bersamaan, sehingga peluang menyerbuk sendiri sangat
besar. Dengan perbedaan pola tersebut, kelapa Dalam memiliki peluang terjadi
penyerbukan silang sebesar 95%, sedangkan pada kelapa Genjah memiliki peluang
terjadinya penyerbukan sendiri sebesar 95%.
c. Seleksi buah yang akan dijadikan benih dan bibit Kelapa
Kopyor
Penanganan
benih/bibit yang baik, akan menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi
tanaman kelapa kopyor yang dikembangkan secara alami. Setelah diperoleh pohon
induk kelapa kopyor sebagai sumber benih, dilakukan pemanenan buah untuk
memperoleh benih (Gambar 3). Seleksi buah untuk benih didasarkan pada kriteria
umur buah, dan kondisi fisik buah. Buah yang baik untuk benih adalah yang telah
matang fisiologis, yaitu umur 11 bulan untuk kelapa kopyor tipe Genjah, dan 11-
12 bulan untuk kelapa kopyor tipe Dalam. Selain itu, secara fisik tidak keriput
dan tidak ada serangan hama dan penyakit, serta memiliki air buah sebanyak 95%,
yang berbunyi nyaring jika diguncang (Gambar 4). Benih yang telah dipanen bisa
langsung dideder, atau dapat disimpan beberapa hari di tempat yang ternaungi
sebelum dideder. Sabut pada tempat keluar kecambah (germpore) disayat, sehingga
mudah menyerap air saat disiram. Panjang sayatan kira-kira 10 cm, lebar 7 cm,
tebal 1 cm.
Pendederan
benih kelapa kopyor alami dapat dilakukan seperti pendederan kelapa
biasa/normal (Gambar 5). Benih dideder di pesemaian dengan bagian yang disayat
di bagian atas pada posisi satu arah dan bagian yang disayat diarahkan ke
sebelah Timur. Di pendederan, benih dideder dalam barisan dengan jarak benih
dalam baris 5 cm dan antar baris cukup 15 cm. Seleksi kecambah didasarkan pada
kecepatan dan keseragaman tumbuh benih (perkecambahan), bebas serangan hama dan
penyakit. Kecambah yang baik adalah yang tumbuh hingga 4 bulan setelah benih
dideder. Kecambah yang akan dipindah ke polibag adalah yang panjang tunasnya 3
– 5 cm.
Benih yang
telah berkecambah dapat dipertahankan terus di lokasi pendederan hingga umur 4
– 6 bulan ( sampai siap tanam), atau dapat juga dipindah di polibag. Jarak
antar benih di pembibitan adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm sistim segitiga.
Bibit siap
tanam adalah bibit berumur 4 – 6 bulan setelah pedederaan (Gambar 6). Kriteria
bibit yang baik adalah pangkal batangnya yang kekar dan bebas serangan hama dan
penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil tidak digunakan sebagai bahan tanaman.
Tindakan pengendalian hama dan penyakit selama pendederan hingga pembibitan
harus dilakukan untuk mendapatkan bibit yang baik dan bermutu. Hama penting
seperti Oryctes rhinoceros, Plesispa reichei, dan Brontispa longissima, serta
penyakit bercak daun mulai dari tahap pembibitan hingga tanaman dewasa dapat
menjadi ancaman dalam bubidaya tanaman kelapa kopyor ini. Penanganan bibit
selanjutnya sama dengan yang biasa dilakukan pada teknik budidaya kelapa biasa.
Berikut ini uraian tentang kriteria dan standar mutu benih, kecambah, dan bibit
kelapa kopyor.
Standar Mutu Benih, Kecambah, dan Bibit Kelapa Kopyor
I. Standar Mutu Benih Kelapa Kopyor
Kelapa Kopyor tipe Dalam
Mutu genetik :
a. Asal usul benih : Benih dipanen dari tanaman kelapa umur
miminal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 5-10% (1-2
butir pertandan). Tanaman kelapa tersebut harus berada dalam populasi kelapa
yang umumnya berbuah kopyor
b. Umur buah saat panen : 11 -12 bulan
c. Warna buah: 3/4 bagian coklat keabu-abuan
d. Keadaan air buah : 95% buah jika diguncang berbunyi
nyaring
e. Berat buah : ≥ 1000 gram
f. Daya kecambah : 80% berkecambah 3 bulan setelah semai.
g. Lama penyimpanan : Maksimum 4 minggu, pada suhu kamar
dengan sirkulasi baik.
Mutu fisik
a. Penampilan kulit buat : tidak keriput
b. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Kelapa Kopyor Tipe Genjah
Mutu genetik
a. Asal usul benih : Benih dipanen dari tanaman kelapa
berumur minimal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 20-
50% pertandannya.
b. Umur buah saat panen: 11 bulan
c. Warna buah: 3/4 bagian coklat keabu-abuan
d. Keadaan air buah : 95% buah jika diguncang berbunyi
nyaring
e. Berat buah : ≥ 500 gram
f. Daya kecambah : 80% berkecambah 3 bulan setelah semai
g. Lama penyimpanan : Maksimum 4 minggu, pada suhu kamar
dengan sirkulasi baik
Mutu Fisik
a. Penampilan kulit buat : tidak keriput
b Serangan hama dan penyakit : tidak ada
II. Standar Mutu Kecambah Kelapa Kopyor
Kelapa kopyor tipe Dalam
a. Asal usul kecambah : Kecambah dari benih yang dipanen
dari tanaman kelapa umur miminal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah
kelapa kopyor 5-10% (1-2 butir per tandan) dan memenuhi syarat mutu genetik dan
fisik. Tanaman kelapa tersebut harus berada dalam populasi kelapa yang umumnya
berbuah kopyor .
b. Panjang tunas : 3 – 5 cm
c. Umur berkecambah : <>
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Kelapa kopyor tipe Genjah
a. Asal usul kecambah : Kecambah dari benih yang dipanen
dari tanaman kelapa yang telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 20-50%
per tandan dan memenuhi syarat mutu genetik dan fisik
b. Panjang tunas : 3 – 5 cm
c. Umur berkecambah : <>
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
III. Standar Mutu Bibit Kelapa Kopyor
Kelapa kopyor tipe Dalam
a. Asal usul bibit : Bibit dari benih yang dipanen dari
tanaman kelapa umur miminal 10 tahun dan telah diamati menghasilkan buah kelapa
kopyor 5-10% (1-2 butir per tandan) dan memenuhi syarat mutu genetik dan fisik.
Tanaman kelapa tersebut harus berada dalam populasi kelapa yang umumnya berbuah
kopyor .
b. Umur bibit : 4 – 6 bulan setelah semai
c. Penampilan bibit: kekar
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Kelapa kopyor tipe Genjah
a. Asal usul bibit : Bibit berasal dari benih yang dipanen
dari tanaman kelapa yang telah diamati menghasilkan buah kelapa kopyor 20-50%
per tandan dan memenuhi syarat genetik dan fisik.
b. Umur bibit : 4 – 6 bulan setelah semai
c. Penampilan bibit : kekar
d. Serangan hama dan penyakit : tidak ada
Catatan : Benih, kecambah,
ataupun bibit yang berasal dari buah pohon kelapa kopyor tipe Genjah akan
memiliki peluang menghasilkan tanaman yang berbuah kopyor lebih tinggi
dibandingkan dengan buah dari pohon kelapa kopyor tipe Dalam. Hal ini berkaitan
dengan pola pembungaan kelapa Dalam yang menyerbuk silang, sedangkan pada
kelapa tipe Genjah yang menyerbuk sendiri.
Keberhasilan
mendapatkan tanaman kelapa kopyor dari perbanyakan secara alami ini sangat
ditentukan oleh sumber benih dari pohon induk kelapa kopyor yang digunakan.
Kelapa kopyor tipe Genjah memiliki peluang lebih besar mendapatkan turunan
tanaman kelapa yang nantinya berbuah kopyor dibandingkan kopyor tipe Dalam. Hal
ini berhubungan dengan pola penyerbukan masing-masing tipe kelapa tersebut.
Pada penanaman
di lapang, untuk meningkatkan peluang terjadinya penyerbukan antar pohon kelapa
kopyor, maka sangat dianjurkan untuk menanam kelapa kopyor dalam suatu populasi
yang terpisah dari tanaman kelapa normal di sekitarnya. Semakin banyak tanaman
kelapa kopyor dalam satu areal akan semakin meningkatkan perluang terbentuknya
buah kopyor, karena terjadinya penyerbukan antar pohon kopyor. Jarak yang
disarankan untuk isolasi populasi tanaman kopyor dari kelapa normal di
sekitarnya adalah 400 m. Jika ada tanaman penyangga seperti tanaman bambu yang
mampu menghindari kontaminasi dari sebuk sari tanaman kelapa lain, maka jarak
tersebut bisa lebih dekat lagi.